Rabu, 01 Juni 2016

Strategi Bisnis Mobil Driverless

     Keberadaan mobil driverless, yang merupakan sektor baru (emerging industry), sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Mengingat artikel sebelumnya mengenai sektor smsrtphone yang telah mature, baik sektor IT maupun otomotif sudah mencapai tingkat persaingan jenuh. Berbagai perusahaan dari kedua sektor itu sedang mencari teknologi baru yang akan berkembang menjadi sektor baru, seperti mobil terkoneksi/driverless. Mungkin mobil -  mobil ini bakal menjadi mainstream, meskipun masih terdapat berbagai kendala dalam penerapannya. Awalnya, biaya produksi masih tinggi karena skala produksinya masih kecil dan eksperimen besar juga masih dijalankan, walaupun akhirnya biaya akan menurun. Seperti teknologi remote sensing LIDAR, yang sebelumnya memakan biaya $ 70.000 tahun 2010, sekarang seharga $ 1.000 berkat produksi massal. Persoalan hukum sedang diselesaikan dengan beberapa negara seperti Jepang dan Inggris yang mempersiapkan perangkat hukum untuk mobil driverless. Salah satu peraturan yang sedang diajukan adalah kewajiban seseorang untuk berada di belakang setir mobil. Kegiatan yang  mengganggu pengemudi seperti mengirim text messages akan diatur. Mungkin persoalan sulit adalah tingkat kepercayaan penumpang intuk membiarkan mobilnya berjalan sendiri dan menghilangkan anggapan mobil tersebut dapat disabotase oleh hacker. Sebuah studi oleh University of Michigan transportation Research Institute menunjukkan hanya 15 % responden yang menyambut mobil driverless.

Upaya Google, Tesla, dan Apple
     Perusahaan – perusahaan IT seperti Alphabet (perusahaan induk Google) dan Apple telah berupaya mengembangkan mobil terkoneksi disebabkan oleh kemampuan finansialnya. Google telah mengembangkan prototip mobil driverless tanpa setir, pijakan gas, dan pijakan rem. Penjualan Alphabet sebesar $ 74,98 tahun 2015 memungkinkan program driverless car terlaksana, seperti menciptakan software movil driverless bernama Google Chauffeur. Dalam uji cobanya, Google juga menggunakan berbagai merek mobil yang telah ada, seperti Lexus RX. Perusahaan ini  telah membentuk aliansi dengan Ford, Volvo, dan jasa taxi online Uber dan Lyft untuk melobi berbagai pemerintah negara bagian Amerika Serikat untuk mengizinkan pengoperasiannya. Peraturan/regulasi yang matang diperlukan agar semua perusahaan yang masuk dapat beradaptasi dan berkembang di sektor ini. Adanya peraturan yang mengkategorikan pengemudi robot sama dengan pengemudi manusia menunjukkan pihak regulator mulai mendukung.
     Apple telah memperkenalkan software CarPlay yang mengintegrasikan iPhone dengan beberapa mobil untuk memberikan petunjuk perjalanan, bertelpon, dan mendengarkan musik.  Investasi Apple di perusahaan taxi online Tiongkok Didi Chuxing senilai $ 1 milyar dan rekrutmen beberapa mantan eksekutif Tesla memperkuat spekulasi Apple bakal membuat mobil listrik driverless. Investasi tersebut memberikan Apple akses ke data Didi tentang kebiasaan jutaan pengemudi di Tiongkok, yang akan membantu dalam mengembangkan teknologi CarPlay. Beberapa pihak berpendapat peluang terbaik Apple terletak di pembuatan software mobil, yang semakin dibutuhkan. Tetapi, dengan semakin terjangkaunya biaya komponen otomotif dan biaya manufaktur, keputusan Apple untuk mendesain mobil driverless tidak akan mengejutkan. Sebab, Apple punya catatan sejarah untuk mendesain semua elemen produk, mulai dari hardware, software, dan layanan digital.
     Tesla telah menentukan segmen pasar untuk mobil listrik dan driverless, yaitu segmen atas sebagai first time buyers. Menentukan segmen pembeli di tahap perkembangan awal sangat penting untuk dapat memperkirakan perkembangan sektor sebab pembeli awal sangat menentukan bagaimana suatu sektor merancang, memproduksi, dan memasarkan produknya. Strategi yang dipilih Tesla dinilai tepat karena biaya investasi teknologi baru cenderung tinggi dan memasang harga tinggi dapat mempercepat kembalinya modal. Fitur koneksi internet seluler di setiap mobil Tesla Model S diakui memeperkuat posisi produsen mobil listrik tersebut di dalam persaingan mobil driverless. Tesla telah memasang software mobil driverless yang melakukan update secara rahasia, tetapi software ini belum benar – benar mengendalikan kendaraannya. Informasi yang dikumpulkan berupa kebiasaan mengemudi dan kondisi lalu lintas. Terdapat pula fitur Autopilot yang memungkinkan kendaraan untuk melaju persis di tengah jalur. Posisi Tesla saat ini lebih unggul ketimbang Google yang masih menggunakan mobil prototip. Jumlah mobil Tesla yang telah beredar telah mengumpulkan lebih banyak data.
     Berbagai metode dan teknologi yang diuji coba dan diterapkan menunjukkan konfigurasi produk yang masih belum pasti. Teknologi produksi yang paling efisien juga masih dicari. Google, yang berspekulasi  membuat prototip mobil tanpa setir, pijakan gas dan rem, belum tentu memasarkan mobil seperti demikian. Sebab, sebagian besar konsumen masih menginginkakenraan yang juga dapat dikendalikan secara konvensional. Beebagai alternatif positioning produk/pasar, metode pemasaran, pelayanan purna jual, dan sebagainya juga masih dicari.

Tekanan Untuk Industri Otomotif
     Produsen – produsen otomotif seperti General Motors (GM) juga mengembangkan kemudi otomatis, meskipun belum menggunakan konektivitas internet dan update seperti yang diterapkan Tesla. Seperti produsen otomotif lainnya, GM memperoleh tekanan untuk menerapkan dan meningkatkan teknologi mobil terkoneksi. Perusahaan – perusahaan IT seperti Google, Apple, dan Uber memiliki kemampuan untuk mengunggulinya. Sebanyak 39 % responden suatu studi menginginkan teknologi konektivitas mobil yang dapat membantu mereka dalam navigasi dan menghemat bahan bakar. Pilihan para produsen otomotif adalah investasi di teknologi konektivitas atau kolaborasi dengan perusahaan IT.
     Meningkatnya kebutuhan mobil terkoneksi akan membantu jasa mobil terkoneksi untuk berpotensi meraup penjualan sebesar $ 40 milyar tahun 2020. Segmen  pasar baru ini juga menarik minat perusahaan operator seluler untuk terjun, dengan bekerjasama dengan produsen otomotif. Apapun model bisnisnya, peluang ini dipermulus oleh subsidi pemerintah yang terus mengalir, seperti rencana Presiden Amerika Serikat Barrack Obama untuk memberi subsidi $ 4 milyar untuk perusahan di Silicon Valley yang terlibat. Hanya saja ketergantungan terhadap subsidi membuat posisi pihak korporat menjadi rentan karena bisa saja ada keputusan politik yang bakal menarik subsidi tersebut.

Keuntungan dan Risiko Perusahaan Pionir
     Perusahaan pionir yang berada di sektor ini harus mengantisipasi rentannya mutu produk, disebabkan oleh kurangnya standarisasi dan komponen yang belum tentu cocok untuk konsep teknologi baru. Ini dapat mempengaruhi kredibilitas di seluruh sektor mobil driverless. Kredibilitas ini akan berpengaruh ke kemampuan pihak perusahaan untuk memperoleh kredit atau pendanaan dari komunitas investor. Terdapat risiko “ketinggalan zaman” jika pembeli menganggap teknologi baru lainnya bakal muncul. Pembeli seperti ini cenderung akan menunggu pelambatan perkembangan teknologi dan penurunan harganya.
     Meskipun penuh tantangan, kelebihan utama perusahaan pionir adalah posisinya yang kuat untuk menentukan “aturan main” desain produk, metode pemasaran, dan penetapan harga. Reputasi sektor yang masih belum terbentuk membuat para perusahaan di dalamnya agak saling tergantung untuk berhasil. Oleh karena itu, perusahaan harus mengimbangi advokasi sektor dengan kepentingan perusahaan itu sendiri. Sebaiknya Google, Apple, Tesla, dan perusahaan pionir lainnya saling “membantu” untuk mendorong standarisasi, mengawasi mutu di bawah standar, dan menjaga konsistensi di hadapan konsumen, pemasok, pemerintah, dan komunitas investor. Keberadaan asosiasi sektor dapat membantu promosi tersebut. Apalagi mobil driverless membutuhkan berbagai pusat penyimpanan data dan pemasangan sensor di jalan raya, yang membutuhkan investasi besar dan kerjasama antara perusahaan otomotif, IT, pengolahan data, dan pemerintah.
      Apa yang dialami dan dipelajari perusahaan pionir dalam membentuk dan membangun sektor sangat sulit untuk ditiru oleh perusahaan pengikut. Jika pelanggan menyambut dengan baik, mereka menjadi lebih loyal terhadap perusahaan pionir. Adapun risiko perusahaan pionir meliputi tingginya biaya untuk mengedukasi pelanggan, menunggu persetujuan pemerintah, dan riset dan penelitian. Untuk menghadapi pesaing yang tiba nanti, sebaiknya perusahaan pionir fokus ke keunggulannya sendiri, atau mendorong masuknya pesaing dengan menawarkan lisensi produk. Perusahaan yang menawarkan lisensi tersebut bisa saja memperoleh monopoli pasar, meskipun untuk sementara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar